Tuesday, April 17, 2012

diam itu (masih) milikku

Malam itu aku termenung...ah bukan termenung,hanya terdiam tanpa ada segores ide ataupun hal kecil di dalam diam milikku saat itu. Ya,diam itu milikku...aku baru pertama kali sekeras itu untuk memiliki sesuatu,dan hanya diam yang ingin kumiliki di malam itu.
didalam diam itulah aku dapat mendengar bisikan hatiku secara jelas,betul tidak ? kalau aku tidak diam,mana mungkin aku dengar bisikan hatiku ? aku juga heran,mengapa hatiku tidak mau teriak,berbicara normal,atau sedikiiiiiitttttttt saja lebih keras dari sebuah bisikan..

oh,aku paham...aku paham sekarang ! ternyata bukan hatiku yang tidak mau bersuara sedikit lebih keras,tetapi letaknya lah yang terlalu dalam...
letaknya ? hanya letaknya kah ?
sepertinya tidak...selain letaknya yang terlalu dalam,rasa yang dimiliki olehnya juga dalam rupanya...

iyakah?sedalam apa?
sangat disayangkan ya,hatiku dimalam itu bukanlah sebuah lautan yang dapat diukur dengan 'gema duga' ataupun 'gema suara'...ia juga tidak memiliki satuan tetap..
padahal aku ingin sekali ia dapat diukur dengan mudah,tapi terlalu sulit ! nyaris tidak bisa...

dentang jam membuat diam itu pergi sesaat,hanya untuk menengok ke arahnya...melihat jarum pendek dan panjangnya,dan mengamati jarum terlancipnya yang terus bergerak...aku bahagia sekali ! aku dapat mengalahkan sebuah jam dinding...jam dinding terlihat gagal untuk diam..detiknya selalu berputar.
ya,putaran yang mengandung banyak arti dan makna,bahkan dalam perhitungan fisikapun arah jarum jam selalu dipakai untuk mengasumsikan positif atau negatifnya suatu momen,atau yang lain.

Waktu memang telah berjalan beberapa saat,namun diam itu masih milikku.
ya ! milikku ! dan aku bangga...sangat bangga.
karena dimalam itu,aku berdua dengan diamku, bersama merasakan dalamnya rasa yang kumiliki untuknya...

No comments:

Post a Comment